BantenKu, SERANG - Memperingati Hari Ozon Internasional, para pemuda pencinta alam yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Penggiat Alam Banten menggelar aksi teatrikal di depan Kantor Gubernur Banten Lama. Aksi ini dilakukan untuk mendesak Gubernur Banten agar mempertimbangkan kembali izin lingkungan PLTU 9-10 Suralaya yang disinyalir tidak hanya merusak lingkungan namun juga akan menambah kerusakan ozon, Rabu (16/9/2020).
Aksi teatrikal yang dilakukan oleh sekitar 10 orang mahasiswa dengan menggunakan protokol kesehatan lengkap ini menggambarkan bagaimana kehidupan petani dan nelayan yang selama ini sejahtera dari sawah dan laut, hingga datang pencemaran dari cerobong PLTU yang membuat sawah dan laut mereka tercemar sehingga para nelayan dan petani ini menjadi sakit, merintih dan akhirnya mati.
“Pada peringatan hari ozon kali ini kami ingin menyampaikan pesan yang tegas agar rencana pembangunan PLTU Jawa 9-10 di Banten bisa dihentikan demi terciptanya kualitas udara yang lebih baik, kesehatan bagi masyarakat dan bumi yang lebih hijau” ujar Furqon salah satu koordinator aksi ini.
Para aktivis mahasiswa yang mengenakan kaos bertuliskan "Krisis Depan Mata, Stop PLTU Batubara" ini juga menyiapkan panggung untuk aksi teatrikal dengan latar panggung lukisan PLTU Suralaya lengkap dengan cerobong yang mengeluarkan asap tebal.
Berdasarkan pemodelan yang dilakukan oleh lembaga lingkungan internasional Greenpeace, jika rencana ekspansi PLTU Jawa 9- 10 yang didanai oleh Korea Selatan ini tetap dibangun dan beroperasi, maka diprediksi akan mengakibatkan 4.700 kematian dini selama 30 tahun masa operasi PLTU. Kematian dini tersebut disebabkan oleh berbagai penyakit pernapasan serius akibat debu batu bara yaitu, paru-paru obstruktif kronis, kanker paru, ISPA, diabetes, hingga stroke.
“Menyelamatkan bumi adalah menyelamatkan manusia dan seisinya, jika pemerintah peduli akan bumi dan masyarakat saatnya mereka mengambil langkah konkrit untuk membuktikannya dengan tidak melanjutkan pembangunan PLTU jawa 9-10. Saatnya pemerintah berpihak kepada rakyat bukan korporat” tegas Jajang salah satu mahasiswa peserta aksi.
[Sh/Red]